4 Model Pembelajaran Aktif, Kreatif Daan Inovatif Di Mts Umar Mas’Ud

Madrasah adalah Lembaga Pendidikan tingkat dasar dan menengah, baik yang mengajarkan ilmu agama islam dan ilmu umum, maupun ilmu-ilmu umum yang berbasis ajaran islam. Bagaikan suatu institusi pembelajaran, madrasah ialah institusi yang berkembang serta tumbuh oleh serta dari warga, dan buat warga yang penuh dengan arti budaya Islami, diakui ataupun tidak madrasah sudah mengarungi ekspedisi peradaban yang panjang dalam mewujudkan pembuatan karakter bangsa yang penuh dengan perubahan- perubahan, tetapi madrasah enggan membebaskan diri dari arti asalnya yang cocok dengan jalinan budayanya, ialah budaya Islam. Pengembangan madrasah erat kaitannya dengan pengembangan kemampuan karakter manusia. Abdul Rachman Shaleh menarangkan, dalam ”Madrasah Serta Pembelajaran Anak Bangsa, Visi, Misi serta Aksi”, kalau pengembangan karakter manusia meliputi Pengembangan iman, pengembangan cipta, Pengembangan karsa, Pengembangan rasa, Pengembangan karya, Pengembangan.

            Perkembangan madrasah di pulau Bawean masih kurang maksimal, mengingat lokasi yang jauh dari kabupaten dan lemahnya semangat belajar guru sehingga sulit sekali menciptakan kreasi dan inovasi yang berkualitas. Kemalasan belajar untuk mendalami pengetahuan dan mengembangkannya menjadikan ilmu di tangan guru stagnan dan pasif. Ilmu tidak berkembang sebagaimana mestinya. Akhirnya, pembelajaran menjadi tidak menarik dan membosankan. Inipun terjadi di Madrasah saya, Ketika tahun 2015 saya diminta untuk menjadi kepala Madrasah, ada banyak tantangan yang  saya hadapi, salah satunya adalah  guru tidak pernah Menyusun perangkat pembelajaran, dan hanya menyelesaikan Ketika ada akreditasi madrasah saja. Ada banyak alasan yang mereka sampaikan terkait permasalahan yang ada, akan tetapi saya mempelajari bagaimana menyelesaikan permasalahan ini dengan baik.

            Langkah awal yang saya lakukan adalah menagajak semua guru untuk berbagi pengalaman saat mengajar, menceritakan suka dukanya, setelah mereka menyampaikan semua keluh kesahnya saya berusaha mencarikan solusi. Saya menajak bagaimana apa yang dilakukan setiap guru nantinya menjadi karya yang bisa di publikasikan. Salah satunya ketika guru membiasakan Menyusun lesson plan atau rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat media pembelajaran, portofolio dan juga project murid.

            Sayapun mempraktekkan bagaimana dari kumpulan Lesson Plan di buat sebuah tulisan dengan kondisi yang dialami di dalam kelas, bagaimana mengawali pembelajaran, proses pembelajaran dengan project yang dihasilkan murid, tentunya dengan permasalah yang terjadi di dalam kelas. Dari situlah guru bisa mengevaluasi apa yang harus dilakukan dalam proses mereka mengajar didalam kelas. Langkah pembelajaran yang saya berikan contoh adalah barinstorming dimana hasilnya adalah berupa maind map. Disini guru saya ajak untuk mempraktekkan proses pembelajaran di dalam kelas, dimana saya sebagai guru dan semua guru mejadi murid.

            Langkah model pembelajaran Brainstorming ini bagaimana murid mampu membuat maind map untuk setiap mata pelajaran dalam satu semester. Setelah main map disusun, murid diminta untuk berhadapan dengan temannya dan mempresentasikan hasil maind mapnya, Langkah presentasi ini dilakukan bergantian. Disini guru harus pandai mengurai per materi yang nantinya akan di sampaikan, maksudnya setelah murid membuat main map dalam satu semester, guru juga harus mengajak murid untuk mampu mengajarkan setiap materi yang ada.

            Langkah model pembelajaran berikutnya adalah project, dimana murid hasil akhirnya adalah sebuah karya. Disini murid diminta untuk mempersiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan, misalkan saja pada mata pelajaran prakarya kelas IX materi kerajinan bahan keras alam, untuk di Bawean murid diminta untuk membawa lembaran anyaman tikar pandan, dimana tikar pandan ini adalah produk khas Bawean, murid diminta berkreasi membuat accessories atau karya apa saja dari bahan dasar anyaman pandan. Setelah karya berhasil dibuat, murid diminta untuk mempresentasikan karyanya kepada teman sebelahnya atau teman di kelas. Selain itu murid diminta untuk Menyusun laporan bagaimana Langkah-langkah membuat karya tersebut.

            Langkah model pembelajaran berikutnya adalah Drilling, dimana untuk mengetahui apakah murid sudah memahami materi yang telah tersampaikan, guru meminta murid untuk membuat soal dari apa yang telah dilaksanakan, mulai dari membuat main map hingga membuat karya. Karya-karya ini harus di simpan atau di pajang di dalam kelas. Hasil dari murid membuat main map, membuat karya dan hasil Drilling di masukkan dalam map dan nantinya dibuat sebuah portofolio untuk dilaporkan kepada orang tua di akhir semester. Hasil akhir ini disebut dengan evaluasi, dan saya meminta guru untuk membatu anak untuk mengumpulkan hasil pekerjaan murid sehingga nantinya bisa dilaporkan kepada orang tua.

            Evaluasi disini adalah hasil akhir atau pembagian raport di setiap semester, saya meminta untuk wali kelas menyediakan map portofolio di setiap kelas, dimana fungsinya adalah untuk menyimpan file tugas dan karya murid. Map tersebut diberi nama masing masing murid dan di gantung di dinding, sehingga Ketika selesai membuat tugas atau hasil ulangan harian bisa di masukkan dalam map tersebut. Sebelum pembagian raport, murid diminta untuk Menyusun hasil tugas, ulangan dan karyanya untuk di buat portofolio, susunan portofolio dijelaskan oleh wali kelas. Hasil maind map, ulangan dan ujian tersebut sebelumnya di berikan ke orang tua untuk di tanda tangani. Setelah semua file di tanda tangani orang tua, kemudian di susun sesuai penyusunan portofolio. Murid di ajari bagaimana melaporkan hasil raportnya kepada wali murid, disini murid berhadapan, yang satu menjadi murid dan satu menjadi orang tua, dan murid diminta bergantian.

            Dari apa yang saya sampaikan kepada guru, guru banyak yang antusias dan mereka siap untuk menerapkan, meskipun nantinya masih haru banyak diskusi untuk memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas. Ada banyak positif dan negatef dari praktik baik yang saya lakukan untuk merangsang guru bergerak, berinovasi dan berkarya. Dari segi negatifnya, guru harus banyak belajar, terutama belajar teknologi informasi, untuk guru yang gaptek, mereka akan menyerah dan saya sebagai kepala madrasah mencari jalan keluar agar guru bisa menggunakan teknologi informasi dari smart phone yang mereka punya. Segi positifnya guru bisa mendapat ilmu untuk diterapkan kepada murid dikelas dengan praktis dan menyenangkan. Harapannya semangat guru terus ada untuk anak bangsa

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top