15 Menit Berarti Di Ruang Rumpi

15 MENIT BERARTI DI RUANG RUMPI

Oleh: Wahib, M.Pd.
Pengajar Praktik Guru Penggerak Kemdikbudristek
Kabupaten Tuban – Jawa Timur

Sebagai seorang pendidik sudah menjadi tugas dan tanggungjawabnya untuk mencerdaskan anak bangsa. Secerca harapan disematkan dalam pundak pahlawan tanpa tanda jasa sebagai julukanya. Dibilang berat tentu berat, namun dengan semangat dan tekat yang kuat meski penuh peluh keringat, tetap ditunaikanya tugas dan tanggungjawabnya demi menjaga martabat. Menuntun dan mengasah belati ujung tombak harapan penyangga tatanan Negara tercinta agar tercapai hakikat pelajar pancasila.

Dalam tulisan singkat ini saya ingin berbagi cerita pengalaman saya terkait dengan literasi khususnya yang berada di sekolah saya. Sekolah saya termasuk sekolah swasta yang notabene sekolah berbasis islam dengan kemampuan literasi yang rendah. Padahal saya berharap setiap bunga (siswa) yang kurawat akan tumbuh dan mekar indah pada waktunya. Dari berbagai keresahan itulah terbesit dalam lamunan setengah sadar saya untuk membuat program yang dapat merangsang minat peserta didik gemar berliterasi. Selama ini program gerakan literasi sekolah memang sudah ada dan berjalan, namun hanya sebatas pemenuhan kurikulum semata. Hasilnya tidak begitu berdampak terhadap peserta didik. 

Gerakan literasi yang saya gagas ini saya beri judul “15 Menit Berarti di Ruang Rumpi” artinya gerakan literasi ini memodifikasi gerakan literasi sekolah yang sudah ada, yang biasanya disediakan waktu 15 menit sebelum memulai pelajaran, peserta didik membaca buku dipojok kelas masing-masing. Ternyata hal tersebut membuat mereka jenuh. Akhirnya saya mencetuskan ide membuat taman baca dan ruang-ruang baca disetiap lokasi luar kelas yang saya beri nama Ruang Rumpi. Jadi peserta didik, guru-guru dan seluruh warga sekolah juga bisa merasakan nikmatnya udara pagi sambil minum kopi dan snack sambil berliterasi dibawah sinar mentari pagi. Mereka bebas ngerumpi apa saja terkait dengan pembelajaran maupun permasalahan mereka.

Pertama kali saya mengutarakan ide tersebut pada forum rapat guru, banyak yang ragu bahkan menolak dengan alasan nantinya anak-anak akan semakin liar dan sebagainya. Namun celoteh tersebut tidak menyurutkan semangat saya. Kemudian saya menyampaikan program tersebut pada rapat OSIS karena pada waktu itu saya juga sebagai Pembina Kesiswaan, dan anak-anak sangat antusias. Kendati begitu banyak sekali tantangan yang saya hadapi terutama dana, karena untuk menyulap lorong-lorong sekolah dan halaman sekolah menjadi taman baca dalam hal ini ruang rumpi yang nyaman untuk bercengkerama, sangat butuh sekali dana dan tenaga. Jalan terakhir yang saya tempuh adalah membuatnya bersama anak-anak OSIS dengan dana dari saya pribadi seadanya. 

Hari berganti hari secara berurutan bahkan hingga giliranya tiba berkali-kali saya dan anak-anak OSIS terus berupaya membuat aksi heroik itu saat jam pulang sekolah sambil membina mereka ekstrakurikuler, menata tempat sedemikian rupa, menata rak-rak buku diberbagai sudut. Setelah semua selesai barulah pihak sekolah menilai kegigihan yang kami lakukan dan mulai mengubah sistem dan waktu kegiatan literasinya pada ruang rumpi. Keseruan yang mengasyikkan telihat dari pancaran mata dan senyum-senyum merekah dari bunga-bunga yang hendak bermekaran, mereka bisa mengeksplorasikan apa yang mereka inginkan. 

Meskipun hanya 15 menit, namun itu sangat berarti. Dari ruang rumpi inilah guru-guru dapat mengambil kebijakan dan strategi pembelajaran yang menyenangkan. Sejak saat itu sangat terlihat ada peningkatan dari hasil belajar peserta didik, yang malas membaca juga berubah menjadi ikut gemar membaca karena banyak tema-tema buku yang menarik dari sumbangan wali murid dan komite sekolah. Mudah-mudahan kegiatan yang bermanfaat ini dapat terus dikembangkan karena saya harus pindah tugas di sekolah lain dengan jarak yang cukup jauh sebab berbeda kabupaten. 

Mudah-mudahan cerita singkat yang saya goreskan ini sedikit banyak memberikan manfaat bagi pembaca, saya memaklumi bahwa tiada gading yang tak retak. Begitu pula dengan tulisan dan program yang saya lakukan ini tentunya masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan untuk menambah wawasan saya agar menjadi orang hebat. Terima kasih dan salam bahagia…

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top